Sejujurnya,
saya bukan ibu yang sangat detail dan mencatat perkembangan anak saya dari
waktu ke waktu. Saya hanya mengandalkan observasi kasat mata dan panduan
perkembangan bayi dari beberapa aplikasi dan artikel singkat yang mudah disearching lewat Handphone, dan yang terakhir dan kalah pentingnya, tentunya intuisi
dan insting sebagai seorang ibu. Tidak banyak persiapan yang saya lakukan,
tidak seperti orang lain yang sengaja membaca buku-buku, mengikuti seminar, dan
komunitas khusus mengenai parenting.
Maklum, awalnya saya cukup percaya diri sebagai lulusan psikologi perkembangan,
namun kenyataan yang sebenarnya adalah saya tidak bisa menampik kepanikan
terjadi. Padahal, ini bukan pertama kalinya saya merawat bayi, sebelumnya saya
ikut serta mengasuh Neo, salah satu keponakan saya. Semua terasa berbeda ketika
saya berhadapan langsung sama anak saya sendiri, seriously, rasanya semua ilmu psikologi yang telah saya pelajari
selama bertahun-tahun, hilang seketika. Jika ada sesuatu yang membuat saya
panik mengenai kondisi anak saya, saya mencari tahu solusinya dengan searching artikel seadanya dari internet
dan menanyakan orang lain yang lebih berpengalaman, orang tua, kaka, mertua,
dan tentu saja dokter, kalau kondisi tidak membaik dalam jangka waktu tertentu.
However, apa salahnya saya menuliskan
apa yang terjadi pada saya dan baby
Han Han pada masa ini berdasarkan ingatan dan catatan seadanya. Setidaknya
dengan menulis akan membantu saya mengenang kembali kejadian di masa ini, masa
yang begitu berharga untuk dilewatkan.
Menurut saya, masa 0-3mo adalah masa
yang paling menegangkan, karena kondisi bayi masih sangat ringkih dan sangat
menguji kesabaran secara dia belum bisa diajak komunikasi dan kerjaannya hanya
tidur-nangis-nenen-pup selalu. Alhamdulillah, saya bisa melewati masa kritis
ini dengan baik, dan ini semua tidak bisa terjadi tanpa bantuan orang-orang
terdekat. Suami, mama, bapa, mertua, keluarga inti yang senantiasa memberikan
semangat dan memberikan informasi berkaitan bagaimana cara merawat bayi, secara
saya masih jadi new mom yang perlu banyak belajar.
Adapun beberapa pengalaman yang sangat berkesan untuk saya di masa ini adalah
menyusui yang penuh perjuangan, masa nifas yang sangat panjang, dan adaptasi
menjadi seorang ibu yang penuh dengan drama.
A. Menyusui
These two little innocent eyes tell the story of untold and indescribable feeling inside. As simple as he seems wanna say, "Hello, Mama I'm here". .
I always love the way he looks at me. I just wanna be therefore him in every this precious moment.
I always love the way he looks at me. I just wanna be therefore him in every this precious moment.
Sejatinya,
menyusui adalah sebuah proses alami yang pasti dialami oleh setiap ibu, namun
pada kenyataannya proses tersebut tidak semudah yang dibayangkan karena untuk
bisa melalui tahap ini dengan baik butuh usaha dan perjuangan yang luar biasa.
Bagi saya, proses menyusui adalah proses yang tidak mudah. Ketika Han Han lahir
dengan kondisi yang kurang baik, terlilit tali pusar yang menyulitkan dia untuk
menangis, harus segera diinkubator,
sehingga saya tidak sempat bertatap muka bahkan memeluk (skin to skin), dan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Perasaan
itu membuat saya khawatir, terlebih lagi saya tidak diizinkan untuk memberi Asi
langsung oleh pihak rumah sakit karena kondisinya masih belum membaik. Alhasil,
setelah melahirkan Asi saya tidak langsung keluar, sehingga dihari ketiga, di
saat saya sudah pulang ke rumah, saya memanggil Teh May untuk memijit saya,
untuk proses pemulihan dan memijat PD saya untuk merangsang keluarnya ASI
karena saya masih belum bisa memompa ASI sendiri. Alhamdulillah, setelah
dipijit colostrum saya keluar
berbentuk getah bening dengan jumlah yang sangat sedikit, jangankan untuk
dimasukan ke botol, ditaruh ke sendok kecil pun gak penuh-penuh, sedih banget
deh, huhu. Namun, kata Teh May, walaupun sedikit tapi berguna untuk Han Han. Di
hari keempat saya mulai memompa ASI sendiri, awalnya saya merasa pesimis bahwa
ASI saya bisa keluar dan berniat untuk memanggil Teh May kembali ke rumah,
namun berkat dukungan mama, saya bisa memompa ASI sendiri. Rasanya senang, lho,
ketika melihat percikan air asi keluar, dan setelah pompa mati-matian seharian
didapatilah ASI sebanyak 50 ml. Di hari kelima, hari bertepatan ketika Han Han
pulang dari rumah sakit, akhirnya, didapatilah ASI sebanya 100 ml, dengan
waktu yang lebih cepat dari hari sebelumnya.
Perjuangan tidak berhenti di situ saja,
ketika Han Han pulang, mungkin karena ikatan batin yang begitu kuat, dan
kerinduan yang tak terbendung karena 5 hari tidak berjumpa dan menyentuh
maminya, dia pun menyusui dengan sangat kuat, semangat dan tanpa henti. Alhasil
saya dan suami bergadang semalaman. Awalnya saya kuat di hari pertama, namun
akibat bergadang tanpa henti di hari berikutnya, saya merasa kecapean juga, dan
dengan terpaksa saya menyerah dan memberikan susu formula kepada Han Han. Saya
yang tadinya merasa pede karena merasa ASI saya cukup untuk Han Han akhirnya
mengikuti saran orang tua saya dengan alasan untuk “berjaga-jaga di saat
Lelah.” Idealisme saya pun tergoyahkan, dan digantikan dengan pikiran yang
lebih realistis, yaitu, “baiklah, gak ada salahnya toh, memberikan
susu formula, lagi pula susu formula juga gak haram, kok, lagian kalo aku
sampai ngedrop sakit karena kecapean, lebih kasian ke Han Han.” Han Han pun
meminum susu formula untuk pertama kalinya, dan dia tampak tidak suka. Walaupun
dia sudah meminum susu formula atau bahkan ASIP, dia tetap harus nenen supaya
bisa tidur lelap, mungkin lebih nyaman karena bisa merasakan kehangatan tubuh
si mami kali ya. Dan yang lebih parah, Pada minggu kedua ( telat,
seharusnya di minggu pertama, tapi karena saya panik melihat kondisi Han Han,
jadi drama deh) setelah kelahiran, saya menemui dokter untuk konsultasi tentang
kondisi Han Han dan vaksin, dokter menjelaskan bahwa kondisi Han Han baik-baik
saja dan menyarankan saya untuk bertanya langsung dengan perawat di ruang bayi
mengenai konsultasi menyusui, dan setelah menemui perawat, dia
menjelaskan bahwa hasil pompa saya tidak cukup untuk Han Han, sehingga harus
diberikan tambahan susu Formula. Begitulah seterusnya pemberian susu formula
dilanjutkan kalau saya merasa Lelah dan menyerah dengan jumlah maksimal 3x
50-90 ml per hari. Sering merasa bersalah dan sedih , bahkan kadang pengen
nangis setiap kali memberikan Han Han
susu formula, karena dia lebih mudah pup, walau gak sampai diare,
dan tampak kurang suka. Alhamdulillah, Han Han anak yang cerdas dan tidak
bingung puting, dia tetap cinta nenen mami, walaupun mungkin stok ASInya kurang
buat dia, dia tetap pilih nenen langsung dari mami. Yap. Nenen Mami is Teh best lah ya. Dari berbagai botol yang dimiliki,
botol yang paling cocok hanya satu boto, Little
Giant, entah kenapa dia memilih botol itu. Selain itu, masalah lain
yang sering terjadi saat awal menyusui adalah putting yang lecet, setelah
dilihat penyebabnya adalah posisi menyusui yang salah, yaitu posisi ngempeng,
bukan penuh, Big A karena Han Han
masih belum bisa mencari puting sendiri. Alhamdulillah, tidak perlu
berlama-lama menyelesaikan masalah tersebut karena cukup diolesi minyak zaitun
dan ASI kita sendiri, luka tersebut sembuh dengan sendirinya.
Untuk meningkatkan produksi ASI, saya
mengkonsumsi berpanci-panci sayuran, dan makanan ASI booster lain, serta bermacam-macam suplemen, dan yang lebih penting
adalah memiliki pikiran yang positif, dan istirahat yang cukup. Maka itu,
ketika saya merasa Lelah, saya biasa membuka HP dan melihat foto-foto Han Han
dan itu membuat saya menjadi lebih semangat untuk menyusui Han Han.
Selain itu peran orang-orang terdekat sangat membantu, seperti suami, mama,
keluarga besar yang memberikan informasi dan dukungan moral. Alhamdulillah, slow but sure, saya pemberian susu
formula berkurang setiap harinya, sampai pada akhirnya saya bisa full asi memasuki usia Han Han di
bulan ketiga.
Bulan ketiga bertepatan dengan bulan
Ramadhan. Saya sempat ragu apakah sebaiknya saya berpuasa atau tidak karena
pada saat tersebut Han Han masih pada periode ASI ekslusif. Setelah berdiskusi
dan mencari banyak informasi, saya memutuskan untuk berpuasa semampu
saya, tidak memaksakan diri, melihat kondisi Han Han dan saya
juga. Alhamdulillah, Han Han bisa Bekerja sama untuk diajak
berpuasa. Alhasil saya bocor 13 hari, dan 10 harinya karena haid, sisanya
karena saya dan Han Han sempat sakit.
B. Masa Nifas
Masa
nifas yang saya alami cukup panjang, hampir dua bulan lamanya.
Menurut saya, masa nifas merupakan periode yang sangat melelahkan, karena
kita harus menjaga higienitas di tengah-tengah masih riweuh merawat bayi yang
masih sangat ketegantungan sama kita, kalo kata mama sih,
masih, “ mamamiheun”. Belum lagi, si pak suami yang selalu menanyakan
kapan masa nifas berakhir. Uppsss, :). Sebenernya dia juga sangat
khawatir karena sudah lebih dari 40 hari tapi darah nifasmasih belum berhenti juga, takutnya
darah yang keluar adalah penyakit. Ya, sempat berhenti muncul
berhenti muncul lagi serasa di PHPin deh, fiyuuh. Sebenarnya sempat berakhir di
hari ke 45, namun saya memutuskan untuk memasang KB, sehingga darah nifas
yang seharusnya sudah berhenti, muncul lagi, Adapun KB yang saya pilih
adalah tipe IUD spiral, karena menurut berbagai informasi jenis tersebut
aman untuk Ibu menyusui dan tidak membuat badan menjadi gemuk. Dan pada
akhirnya pada hari ke 56 darah nifas saya berhenti total. Alhamdulillah, saya
bisa kembali beribadah rutin seperti sedia kala untuk menentramkan jiwa yang
masih bergejolak paska melahirkan.
C. My life as new mom
Being mom can totally change my whole
life. Rasanya gak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Banyak faktor yang
membuat saya menjadi berubah, baik secara fisik dan psikis. Secara fisik,
perubahan hormon yang terjadi di dalam tubuh saya berubah drastic. Itulah alasan mengapa
orang zaman dulu memberikan banyak ritual tertentu untuk wanita yang
melahirkan, dari minum berbagai ramuan jamu, sampai dilarang ini itu, karena
biasanya wanita paska melahirkan mungkin tampak sehat di luar, namun kondisi dalam tubuhnya masih lemah. Well, I can get it now. Selain itu, secara
psikis, emosi menjadi sangat labil dan rentan, serasa naik roller coaster, gampang nangis dan marah tiba-tiba, ya begitulah
kira-kira gambarannya. Adapun beberapa alasan mengapa saya bisa seperti itu
adalah kepanikan saya dalam menghadapi baby Han Han, I’m still in denial for some
reasons, dan yang terakhir feeling so
disconnected with social life. Secara umum, saya pernah menceritakan
pengalaman yang saya alami pada posting sebelumnya mengenai Baby Blues syndrome, dan berikut alasan yang
lebih detailnya.
Easily
panic
Bagaimana
caranya ketika saya harus berhadapan dengan makhluk yang masih memiliki penampakan seperti alien pada saat
itu, masih sangat rentan, dan kerjanya hanya bisa menangis dan sulit diajak
komunikasi. Adapun beberapa kejadian yang sering membuat saya panik bukan main
adalah
- Merawat Bayi Nicu. Merawat bayi yang pernah diinkubator membuat saya menjadi sangat panik dari perkiraan saya, karena saya sering mengamati han-han tiba-tiba sesak nafas di awal kehidupannya dan membuat semua anggota keluarga panik. Tiba-tiba tampak seperti kejang ketika berkunjung ke rumah sakit untuk pertama kalinya sehingga saya memutuskan untuk pulang dan membuat saya telat untuk vaksin pertama Han Han. Namun setelah bertanya2 kepada Teh May bagaimana cara menghadapi kondisi bayi tersebut, dia bisa memberikan solusi yang ampuh dan membuat saya lebih tenang ketika kejadian tersebut terjadi. Adapun solusinya adalah dengan menelungkupkan posisi bayi, memberi ASI, dan memeluknya, sambil membaca doa sesuai dengan kepercayaan. Cara tersebut sangat ampuh bagi saya ketika menghadapi kondisi yang sama plus cara lain yang ampuh dilakukan adalah me Reikinya.
- Biang Keringat. Mungkin hal sepele, namun siapa sih ibu yang ga tega melihat bayinya yang mulus dan bersih ketika pulang dari rumah sakit, tiba-tiba muncul bintik2 merah dibeberapa bagian tubuh setelah dirawat di rumah? Belum lagi kesedihan semakin menjadi-jadi ketika si bayi tampak tidak nyaman dan menjadi rewel karena gatal. Whoaaaaa. Akhirnya berbagai cara dilakukan supaya Han Han bisa sembuh, dari menggunakan minyak zaitun, baby lotion, baby oil, paw-paw cream, rash cream, dan yang terakhir bedak. Sempat khawatir kalau dia ada masalah kulit yang serius seperti alergi dan ruam, namun setelah dikonsultasikan ke dokter, ternyata memang pure biang keringat, dan dokter pun menyarankan cukup memberikan bedak. Alhasil, Han Han udah kayak donat gula diolesi bedak sama si Mami di sana-sini. Hihihi. Sebenernya tau sih kalau penggunaan bedak memang tidak disarankan karena bisa mengganggu saluran pernafasan si bayi mungil ini, namu apa yang harus dilakukan lagi ketika solusi yang paling ampuh yang telah dilakukan adalah dengan memberikan bedak.
- Masuk Angin. Kalau kita masuk angin, yaaa tinggal minum Tolak Angin, namun kalau Baby masuk Angin? Oh No! Udah paling pusing deh kalau ini terjadi, karena rungsingnya bukan main, dan hal yang membuat nyaman Han Han adalah memberikan nenen. Alhasil bisa nenen seharian dan semalaman, deh. Sebenarnya wajar jika pada usia 0-3 bulan masuk angina sering terjadi karena sistem pencernaan si bayi masih belum bekerja dengan sempurna dan kondisi akan membaik dengan sendirinya seiring berjalan waktu. Berbagai cara - dilakukan supaya mengusir si masuk angin jauh-jauh dari Han Han, dengan pemakaian Bedok Lumpia ala Mami, poko bawang, dan pijat. Dan dari semua langkah tersebut, pijat bayi adalah cara yang paling ampuh untuk saya. Karena selain si masuk angina bisa pergi dengan cepat, ternyata pijat bayi memiliki banyak manfaat lain untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, karena dengan sentuhan cinta mami, akan merangsang baby Han Han untuk menjadi bayi yang lebih bahagia dan ceria. Insya Allah untuk postingan mengenai pijat bayi akan saya share di blog ini mengenai manfaat, dan tekniknya tentunya.
I’m still in denial
Menjadi art Therapist is one of my big dream, impian saya semenjak tahun 2011, dan tinggal
beberapa langkah lagi saya bisa memulai untuk mewujudkan impian saya dengan
melanjutkan Master program of Art Therapy.
Sebenarnya saya telah memperoleh Conditional
LoA Master of Mental Health, Art Tehrapy program, Queensland University di
akhir tahun 2017. Saya sangat bahagia bukan main ketika saya dinyatakan lulus, secara untuk
memperoleh LoA tersebut memerlukan proses yang sangat panjang di mana saya
telah merencanakannya dari tahun 2014. Sehingga langkah berikutnya yang saya
lakukan di tahun ini adalah focus ujian
IELTS dan memperoleh beasiswa. Semenjak hamil
di TM3 saya mulai menyicil belajar IELTS dan juga dan melengkapi berkas
untuk aplikasi beasiswa. Saya melaksanakan ujian IELTS ketika Han Han berusia 5
minggu.
Awalnya saya sempat menyerah karena
rasanya saya tidak mungkin menyelesaikan aplikasi saya dengan kondisi saya yang
masih riweuh merawat Han Han. Namun, berkat dukungan suami dan orang-orang
tercinta, akhirnya saya melanjutkan aplikasi saya. Mungkin ini terkesan sangat
memaksa, namun saya hanya bisa berusaha yang terbaik. Setelah ujian IELTS
selesai, saya pun mulai menyelesaikan aplikasi beasiswa dan mensubmitnya pada
akhir April. Namun, sayangnya saya belum berhasil lolos ke tahap berikutnya.
Kecewa, kecewa berat karena saya pun tidak mungkin bisa apply beasiswa lain karena nilai IELTS saya masih kurang. Sedih
langkah ini harus terhenti begitu saja. Namun saya sadar, Allah SWT pasti
memiliki rencana lain, rencana yang lebih baik, rencana yang terbaik.
Saya
yakin saya pasti bisa mewujudkan mimpi saya, Tuhan tidak mungkin diam, Dia tahu
begitu saya menginginkan itu, bagaimana perjuangan saya, bagaimana pengorbanan.
Mungkin waktunya saja yang belum tepat.
Saat ini ada makhluk kecil, anugerah
terindah yang masih membutuhkan perhatian dan kasih saya secara penuh. Kadang
saya berpikir, apakah saya terlalu ambisius? Apakah saya egois? Hanya
memikirkan kepentingan diri saya sendiri? Antara memanfaatkan kesempatan, dan
memikirkan diri sendiri? Entahlah, hanya berusaha untuk mengikhlaskan
segalanya, dan yang berharap yang tebaik. Yang terpenting untuk saya, adalah
Han Han. Yang saya lakukan sekarang adalah menjadi ibu yang terbaik untuk Han
Han.
“I
believe the choice to become a mother is the choice to become one of the
greatest spiritual teachers there is.” —Oprah
Winfrey
Feeling
isolated
Sering
ngerasa jenuh karena rutinitas begitu-begitu aja, menyusui seharian. Gak bisa
kemana-mana, dan masih takut juga untuk pergi kemana-mana, takut tiba-tiba
panik kalo Han Han rewel dan sebagainya. Belum lagi ngerasa gak punya teman
karena teman saya sibuk dengan pekerjaannya, dan jauh pula, Setelah sekian lama
gak aktif ikut komunitas, kangen banget untuk berkumpul dengan komunitas
tersebut. Namun pada saat ini masih sulit untuk berkumpul dengan teman sketser
dan lari, mungkin belum saatnya, mungkin nanti. Berusaha untuk ikut komunitas
ibu2, parenting dan sejenisnya, namun ternyata gak mudah untuk bisa jadi
membernya. Punya banyak ide, harus tertahan karena si bayi memang butuh
perhatian ekstra sekarang, pengen juga cari kerja freelance tapi sayangnya gak
semudah yang dikira untuk merintis sesuatu dari 0. Yah mungkin memang belum
saatnya, saya harus banyak-banyak sabar, percaya pasti ada waktunya dimana saya
bisa kembali aktif dalam kehidupan social dan terus berkarya mengembangkan ide2
yang saya miliki namun tetap bisa mengurus anak saya dengan baik. Semua ada
prosesnya, semua memang gak mudah, tapi saya percaya perlahan dan pasti semua
itu akan berjalan lebih baik setiap harinya.
In
the End, All hard works paid off.
Tidak ada kata lain yang bisa membuat saya menjadi ibu yang paling bahagia di
dunia ketika melihat pertumbuhan dan perkembangan anak saya semakin baik setiap
harinya. Adapun, secara fisik, Han han memiliki berat badan dan lebar lingkar
kepala y yang normal, tinggi yang melebihi rata-rata usianya. Berat badan Han
Han sempat sedikit merosot di bulan ketiga, namun hal ini masih membuat Han Han
dikategorikan menjadi anak yang sehat. Adapun untuk komunikasi Han han, si bayi
mungil ini mulai bisa ditanggap semenjak bulan kedua dan pada akhirnya sedikit
demi sedikit Hn Han mulai memperlihatkan
keceriaanya, lho! Maklum tadinya saya sempat khawatir karena dia disebut dengan
bayi yang pemikir, sulit sekali tersenyum.
Hihihihi. Oia, saya juga mau share
tentang kebiasaan unik han han adalah menyusui sambil tengkurep (tummy time). Mungkin,
kebiasaan ini bisa memberikan keuntungan tersendiri untuknya, sehingga tepat di
bulan ketiga, tulang leher Han Han menjadi lebih kuat.
Selain itu, dia sempat
saya lakukan sleep training ketika
usia dua bulan, tepat ketika ia telah mulai mengenal pola siang dan malam. Berbagai cara saya
lakukan untuk membuat Han han tertidur, dari mulai full feeding, rocking him di bouncer, try bedtime routine, seperti
mandi dengan air hangat, pijat bayi, dan mematikan lampu. Saya sadar, kebiasaan rocking dan full
feeding kurang baikabis mau digimanain lagi, itu salah satu cara yang bisa saya
lakukan untuk membuatnya tertidur, walaupun tertidur sepanjang malam. Adapun
pola tidur berubah karena, menginap di rumah mertua, leap, dan sakit. Awalnya
saya pun sering banget ngecek jam tidurnya, berajam dia tidur dan bangun lagi,
berapa jam dia harus menyusui di tengah malam, api kalau sekarang saya udah gak
peduli, yes I ignore all worries of clock
routine, tiap dia bangun, saya kasih aja nenen hihihihi, yang penting
sambil bobo. Alhasil. banyak yang bilang Han Han anteng, gampang tersenyum,
lincah, dan lainnya. Well, secara
garis besar pertumbuhan han han menyusuaikan dengan bayi seusianya.
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur akan kesehatan dan kebagiaan anak saya. Happy mommy, happy baby.
“Babies are bits of star-dust blown from the hand of God. Lucky
the woman who knows the pangs of birth for she has held a star.” – Larry
Barretto
0 komentar:
Posting Komentar