Senin, 18 September 2017

Part 6

Diposting oleh mirefasdiari di 04.03
Kenapa Aku Memilihnya

Aku baru mengenalnya, tetapi kenapa aku begitu yakin untuk memilihnya. Beberapa pertanyaan yang banyak orang utarakan padaku seperti dari keluarga, teman, bahkan murid-murid yang kepo “Kok bisa sih?” “Gimana caranya”. Jujur sebenarnya ketika pertanyaan itu dipertanyakan, kami sendiri tidak tahu karena semua memang terjadi begitu saja, semua terjadi dengan cepat, mengalir seperti air.
          Okay, itu semua bukan berarti tanpa alasan, bukan berarti aku mengiyakan tanpa sebab. Mungkin itu tampak cepat, tapi bukan berarti semua itu bukan tanpa proses. Apalagi yang namanya memilih pasangan hidup, yang hanya ingin semua pasti ada alasannya, dan aku akan menjelaskan secara detail dan terperinci, mengapa aku begitu yakin memilih, Muhamad Abdul Halim, sebagai suamiku, pria yang akan membimbingku di masa depan nanti. Sekarang dan selamanya.

1.   Dia memiliki niat yang serius.
Oke, memang seorang pria mendekati seorang wanita karena sesuatu, ingin seriuslah, ingin menikahlah. Namun, kenyataannya sesuai dengan pengalaman pribadi, susah banget lho cari pria yang satu ini, ketika waktunya tiba untuk berkomitmen, tiba-tiba mundur, keinginan tersebut sirna, dan bahkan menghilang begitu saja (alias sering diPHPin, jadi udah berpengalaman, hahaha).
          Segala sesuatu berawal dari niat dan motivasinya. Apabila dari awal sudah memiliki niat baik, Insya Allah segala usahanya akan selalu memperoleh hasil yang baik. Seorang pria yang memberanikan diri untuk mengajak seorang wanita menjadi pendampingnya. Pria seperti itu yang aku cari dan menurutku pria seperti itu yang memiliki nilai tambahan tersendiri. Lagipula umur aku toh sudah 25 tahun, Yap, sudah bukan zamannya pacaran yang ga jelas kayak waktu SMA dan kuliah yang belum jelas arah dan tujuannya, yang Cuma buat seneng-seneng dan blab la bla. umur yang ideal untuk menikah, dan aku sudah memikirkan hal ini dari umur 22, semenjak lulus kuliah.

2.   Orangnya baik.
Kamu yakin? Gimana caranya sih kamu bisa tau hal itu? Kamu bahkan baru mengenalnya? Emi, kamu gak harus terburu-buru, kamu harus kenal dia dulu, Kamu harus pikirin baik-baik.

That’s the question that’s always in my mind, that’s the questions that people often ask to me. Emi kamu jangan sampai salah melangkah. Okay, kok bisa ya? Hmmm,,, jawabannya adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengenal seseorang adalah melalui pendapat orang-orang di sekitarnya. Biasanya, orang-orang di sekitar akan memberikan opini yang jujur tentang orang yang ditargetkan, karena dia sudah mengenalnya dengan baik. Betapa gak, di hari ketiga aku ada di kantor ini, gossip mulai menebar. Satu per satu kawan datang ke mejaku mempromosikan dia. Pokoknya udah kayak tim support, atau sales aja deh cara nya. Tiba-tiba udah ada aja yang duduk di meja sambil berbisik “Emi,,,, kamu sama Halim? “Emi,,, kamu tau gak,,, blab la,  atau bahkan teriak sampai suaranya terdengar seruangan Banu, Bu Ida, Pak Soni, Pak Ahmad, Pak Janu, dan lain-lain. Yap opini mereka bisa jadi penilaian sendiri buat aku, tapi apakah aku bisa menerimanya, cukup dengan penilaian mereka?
          Tentu itu semua tidak cukup, selain opini dari mereka, aku juga punya penilaian sendiri tentang dia, dan itu gak kalah penting. So, sebagai konselor yang handal, aku melakukan observasi terselubung selama seminggu lamanya, dari tanggal 3- 12 Agustus 2016. Dan hasilnya adalah, yap aku yakin dia orang yang baik, dia care banget sama orang-orang di sekitarnya, banyak orang yang sering meminta tolong entah memang alasan pekerjaan atau pun bersifat pribadi. Udah kayak konselor aja, ngalahin pekerjaan aku yang memang konselor, hihihi, rajin ibadahnya baik wajib atau sunnah, insya Allah pria sholeh dan bisa diandalkan di pekerjaannya.
          Selain itu, aku juga sudah konsultasi dengan orang-orang yang terpercaya, yaitu Mama dan Bapa, Teteh, Aa, Teh Yumi Sahabat tercinta, Naili, Ori, dan Alis, dan orang-orang lain yang bisa dan sangat aku percaya lainnya yang membuatku semakin yakin untuk memilihnya.

3.   Orangnya nyambung.
 Menurut aku nyambung itu penting banget, kalau gak nyambung khan susah apalagi kalo targetnya sebagai pasangan hidup. Kalo dari awal aja udah gak nyambung, susah khan buat komunikasinya. Pertama, yang disebut nyambung di sini adalah saat di WA, kebetulan kita banyak berkomunikasi lewat WA, aku ngerasa cocok. Walau Cuma lewat WA, Komunikasi itu penting, apalagi kalau kita khan gak ketemu setiap hari, supaya gak terjadi kesalahpahaman, dan kita bisa mengenal orang itu dengan baik, kepribadiannya, rutinitas kesehariannya, hobinya yang gak jelas dan banyak hal yang bisa kita ketahui lewat komunikasi sehari-hari. Denganya, aku gak harus berpikir  keras 1000 x  saking kebingungan harus jawab apa, atau bahkan nanya ke temen, ke AA ( yang ahli dalam membantuku untuk merespon wa), men screen-shot lalu langsung kirim ke mereka, aku gak harus ngerasa canggung dan kikuk dalam meresponnya, gak usah ngerasa khawatir kalau responnya gak sesuai dengan harapan.
          Yap, semuanya mengalir begitu aja, sebaliknya aku nyaman banget chat sama dia, aku bisa mengenal dia dengan baik, aku tau sedikit demi sedikit tentang karakter, hobinya yang gak jelas, dan satu hal yang pasti aku tau kalau dia tertarik, dan care banget sama aku since  I don’t need waiting his responses for so looonggg, fast respond. Tapi, apakah semua itu cukup? Tentu tidak.
          Kedua, arti nyambung di sini adalah ada saat ketika aku berjumpa dengan membicarakan hal yang serius, membicarakan masalah masa depan, kita punya visi dan misi yang sejalan. Ketika kita memilih pasangan, gak mungkin khan kalo kita memilih seseorang yang memiliki perbedaan visi dan misi dengan kita. Kalau seandainya kita membicarakan masa depan dan kita punya tujuan yang saling berbeda misal, sama-sama mengejar karir yang diinginkan, itu berarti sama aja ketika nanti menikah hanya menjalani kehidupan masing-masing yang mungkin hanya diikat oleh anak. Sebaliknya aku seneng banget kita punya tujuan yang sama jadi apapun yang terjadi kita jalanin semuanya berdua.
          Dan yang terakhir, arti nyambung yang di sini adalah aku ngerasa nyaman banget sama dia. I don’t need to act and to be someone else, I just be myself when I’m with him. I’m so glad to know that. Dia gak pernah menuntut aku harus begini dan begitu, dia menerima aku apa adanya, kekurangan dan kelebihanku. I’m grateful of it, thanks God.

4.   Berasal dari keluarga yang baik.
          Dan hal ini yang paling menarik. Semenjak aku mengenalnya, aku merasa dunia semakin sempit, Bogor tuh sempit. Gimana gak, semenjak beberapa kali aku pulang bareng sama dia, tiba-tiba dia bilang kalau teman ayahnya tinggal di komplek yang sama denganku. Aku sering bertanya siapa sih teman ayahnya itu. Dan semua itu terjawab ketika dia menemui kedua orang tuaku, Mama dan Bapa, dan kalian tau siapa orangnya, dan jawabannya adalah kedua orang tua ku. Yap, that’s right ternyata orang tua kami sudah saling mengenal dengan baik satu sama lain.
           Okay mungkin singkat cerita, bertahun-tahun sebelum kita dipertemukan, bahkan ketika aku masih kecil, tepatnya ketika aku masih kecil, 5 tahun kedua orang tua aku beragkat ke haji, dan kebetulah salah satu pembimbing kedua orang tuaku adalah Ayahnya, tahun 1996. Tali silaturahmi gak terputus begitu saja setelah selesai Haji, karena kebetulan Bapa masih aktif di sebuah yayasan (Al-Ghazali) yang salah satu pengurusnya adalah ayah. Bapa bahkan turut serta dalam mendesain gedung tersebut sehingga dulu ayahnya sempat ke rumahku begit pula sebaliknya bapa ke rumah Ayah. Lucu juga ya, kalo dibayangin siapa yang bakal menyangka kalau pada saat mereka berkunjung 20 tahun berikutnya mereka akan menjadi besan, siapa juga yang bakal sangka kalau salah anak bungsu Bapa, akan menikah dengan sulung Ayah. Hmmm itu semua memang rahasia Illahi, yang gak pernah bisa terduga sebelumnya. Yap rencana Tuhan memang luar biasa.
          Bukan cuma itu,,,, hal yang paling menarik lagi adalah ternyata keluarga kami , yaitu keluarga besar sudah saling mengenal satu sama lain, ayah mengenal beberapa anggota keluarga dari pihak bapa, begitu pula paman dan bibiku udah mengenal ayahnya dan saudara sepupu dari pihak ibu pun sudah mengenal karena dia adalah salah satu murid ayah. Bahkan ayah sudah mengenal dua uwaku yang bahkan telah meninggal setelah sejak lama ketika aku masih duduk kelas Sd dan kuliah. What a small world we have!

5.   Aku diterima baik di keluarganya dan dia mau menerima keluargaku dengan baik.
          Ketika dua orang diikat dalam hubungan pernikahan itu bukan hanya melibatkan dua orang saja , tetapi melibatkan dua keluarga, keluargaku dan keluarganya. Aku bersyukur banget dia bisa menerima baik keluargaku. Karena sempat jadi kekhawatiran sebelumnya apakah suamiku di masa depan bisa menerima keluargaku dengan baik, kekurangan dan kelebihannya.
          Begitu juga sebaliknya, aku diterima dengan baik di keluarganya. Allah menjawab doaku, aku pernah berharap kalau aku bisa memiliki mertua dan adik ipar yang baik. Semoga keadaan ini bisa bertahan sekarang dan selamanya bahkan lebih baik lagi setiap harinya

6.   Dia memiliki kriteria yang selama ini aku bayangkan
Hmmm,,,, secara ga sadar ternyata Tuhan menjawab doaku. Memang aku ga terlalu banyak mendeskripsikan tentang kriteria suami di masa depan. Tapi banyak beberapa hal yang ada di dirinya yang selama ini aku harapkan.         Pertama, dia mau menerima orang tuaku, terutama Ayahku, sempat ada kekhawatiran dengan yang sebelumnya kalau mereka tidak bisa menerima ayahku. Aku dulu pernah membayangkan, aku dulu dekat sama ayah, suka ngobrol becanda, Daddy’s little girl, tetapi semenjak Bapa pension aku jadi jarang ngobrol se asyik dulu lagi. Aku merasa selalu ada tembok penghalang diantara kita, jarak, dan entahlah itu. Bapa gak terlalu banyak ngobrol dengan anggota keluarga lainnya, tetapi aku tau sebenarnya Bapa itu butuh teman yang bisa diajak berbicara. Makanya aku berharap suamiku nanti bisa deket sama Bapa. Dan ketika pertama kali dia ke rumah dan bertemu dengan Bapa, dia cukup bisa menjadi pendengar yang baik. Dan kedua, ketiga kalinya dia datang ke rumah , dia makin akrab ngobrol sama Bapa, setiap bahan obrolan favorit Bapa bisa nyambung sama dia mulai dari politik, agama, bahkan olahraga. Aku pernah tanya ke Dia, ko bisa sih ngobrol dan akrab bannget sama Bapa, karena gak pernah ada yang kayak gitu sebelumnya. Dengan santainya dia bilang “Aku khan memang spesialis orang tua, hahahaha.” Terus dengan otomatis aku menjawab “ Oia ya, aku percaya, beb, pantesan aja ya kita cuma jarak dua tahun tapi berasa jarak 10 tahun, karena pikiran kamu kolot banget seolah2 kamu it asalnya hidup dari orde lama, hahahahahaa.”
          Ketiga, Aku juga pernah ngeluh aku ga mau nikah sama orang bogor, karena aku sendiri sudah bertahun-tahun tinggal di Bogor dan rasanya bosen banget. Terus aku pengen banget kalau nikah sama orang Jawa, atau bandung supaya bisa diajak jalan2 ke sana. Memang sih dia orang bogor tapi ternyata dia turunan Jawa dan keluarganya punya rumah di Bandung, jadi semoga bisa sering-sering jalan-jalan ke sana. Hoohoho.
          Keempat, Pemusik, dia memang bukan musisi, tapi dia bisa memainkan beberapa instrument musik, lho, karena aku gak bisa main music padahal aku pengen banget mahir alat music, jadi jatohnya aku pengen suami aku nanti bisa main musik atau punya hobi musik. Aku juga pernah membanyangkan beberapa profesi suamiku nanti adalah IT, Ekonomi, dan kedokteran. Ya tu artinya dia masuk diantaranya lah ya,,,, hihhihihihi
          Kelima, Dia juga orangnya dewasa, yang menutupi aku yang manja tanpa karena bawaan bungsu hohoho. Intinya aku bersyukur banget karena dialah yang akan melengkapi hidupku untuk ke depannya.

7. Dulu juga aku pernah membayangkan kalau aku cuma ingin menjalani 3x hubungan dengan pria. Pertama, waktu SMA, Kedua, ketika kuliah, Ketiga, the last one, dan ketika berkarir.  aku bersumpah kalau yang ketiga ini adalah pasangan terakhirku. Karena dia adalah yang terakhir, mau menyangkal atau gak, aku sangat pemilih. Tentunya karena orang yang ketiga ini adalah yang akan menjadi takdir hidupku dan menjadi imanku di masa depan kelak






0 komentar:

Posting Komentar

 

- Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos