Kenapa Aku Memilihnya
Aku
baru mengenalnya, tetapi kenapa aku begitu yakin untuk memilihnya. Beberapa
pertanyaan yang banyak orang utarakan padaku seperti dari keluarga, teman,
bahkan murid-murid yang kepo “Kok bisa sih?” “Gimana caranya”. Jujur sebenarnya
ketika pertanyaan itu dipertanyakan, kami sendiri tidak tahu karena semua
memang terjadi begitu saja, semua terjadi dengan cepat, mengalir seperti air.
Okay, itu semua bukan berarti tanpa
alasan, bukan berarti aku mengiyakan tanpa sebab. Mungkin itu tampak cepat,
tapi bukan berarti semua itu bukan tanpa proses. Apalagi yang namanya memilih
pasangan hidup, yang hanya ingin semua pasti ada alasannya, dan aku akan
menjelaskan secara detail dan terperinci, mengapa aku begitu yakin memilih, Muhamad
Abdul Halim, sebagai suamiku, pria yang akan membimbingku di masa depan
nanti. Sekarang dan selamanya.
1.
Dia memiliki niat yang serius.
Oke, memang seorang pria mendekati
seorang wanita karena sesuatu, ingin seriuslah, ingin menikahlah. Namun,
kenyataannya sesuai dengan pengalaman pribadi, susah banget lho cari pria yang
satu ini, ketika waktunya tiba untuk berkomitmen, tiba-tiba mundur, keinginan
tersebut sirna, dan bahkan menghilang begitu saja (alias sering diPHPin, jadi
udah berpengalaman, hahaha).
Segala
sesuatu berawal dari niat dan motivasinya. Apabila dari awal sudah memiliki
niat baik, Insya Allah segala usahanya akan selalu memperoleh hasil yang baik.
Seorang pria yang memberanikan diri untuk mengajak seorang wanita menjadi
pendampingnya. Pria seperti itu yang aku cari dan menurutku pria seperti itu
yang memiliki nilai tambahan tersendiri. Lagipula umur aku toh sudah 25 tahun,
Yap, sudah bukan zamannya pacaran yang ga jelas kayak waktu SMA dan kuliah yang
belum jelas arah dan tujuannya, yang Cuma buat seneng-seneng dan blab la bla. umur
yang ideal untuk menikah, dan aku sudah memikirkan hal ini dari umur 22,
semenjak lulus kuliah.
2.
Orangnya baik.
Kamu yakin? Gimana caranya sih kamu
bisa tau hal itu? Kamu bahkan baru mengenalnya? Emi, kamu gak harus
terburu-buru, kamu harus kenal dia dulu, Kamu harus pikirin baik-baik.
That’s the question that’s always in my
mind, that’s the questions that people often ask to me. Emi kamu jangan sampai salah melangkah.
Okay, kok bisa ya? Hmmm,,, jawabannya adalah cara yang bisa dilakukan
untuk mengenal seseorang adalah melalui pendapat orang-orang di sekitarnya.
Biasanya, orang-orang di sekitar akan memberikan opini yang jujur tentang orang
yang ditargetkan, karena dia sudah mengenalnya dengan baik. Betapa gak, di hari
ketiga aku ada di kantor ini, gossip mulai menebar. Satu per satu kawan datang
ke mejaku mempromosikan dia. Pokoknya udah kayak tim support, atau sales aja deh
cara nya. Tiba-tiba udah ada aja yang duduk di meja sambil berbisik “Emi,,,,
kamu sama Halim? “Emi,,, kamu tau gak,,, blab la, atau bahkan teriak sampai suaranya terdengar
seruangan Banu, Bu Ida, Pak Soni, Pak Ahmad, Pak Janu, dan lain-lain. Yap opini
mereka bisa jadi penilaian sendiri buat aku, tapi apakah aku bisa menerimanya,
cukup dengan penilaian mereka?
Tentu itu semua tidak cukup, selain
opini dari mereka, aku juga punya penilaian sendiri tentang dia, dan itu gak
kalah penting. So, sebagai konselor yang handal, aku melakukan observasi
terselubung selama seminggu lamanya, dari tanggal 3- 12 Agustus 2016. Dan
hasilnya adalah, yap aku yakin dia orang yang baik, dia care banget sama
orang-orang di sekitarnya, banyak orang yang sering meminta tolong entah memang
alasan pekerjaan atau pun bersifat pribadi. Udah kayak konselor aja, ngalahin
pekerjaan aku yang memang konselor, hihihi, rajin ibadahnya baik wajib atau
sunnah, insya Allah pria sholeh dan bisa diandalkan di pekerjaannya.
Selain
itu, aku juga sudah konsultasi dengan orang-orang yang terpercaya, yaitu Mama
dan Bapa, Teteh, Aa, Teh Yumi Sahabat tercinta, Naili, Ori, dan Alis, dan
orang-orang lain yang bisa dan sangat aku percaya lainnya yang membuatku
semakin yakin untuk memilihnya.
3.
Orangnya nyambung.
Menurut aku nyambung itu penting banget, kalau
gak nyambung khan susah apalagi kalo targetnya sebagai pasangan hidup. Kalo
dari awal aja udah gak nyambung, susah khan buat komunikasinya. Pertama,
yang disebut nyambung di sini adalah saat di WA, kebetulan kita banyak
berkomunikasi lewat WA, aku ngerasa cocok. Walau Cuma lewat WA, Komunikasi itu
penting, apalagi kalau kita khan gak ketemu setiap hari, supaya gak terjadi
kesalahpahaman, dan kita bisa mengenal orang itu dengan baik, kepribadiannya,
rutinitas kesehariannya, hobinya yang gak jelas dan banyak hal yang bisa kita
ketahui lewat komunikasi sehari-hari. Denganya, aku gak harus berpikir keras 1000 x
saking kebingungan harus jawab apa, atau bahkan nanya ke temen, ke AA (
yang ahli dalam membantuku untuk merespon wa), men screen-shot lalu
langsung kirim ke mereka, aku gak harus ngerasa canggung dan kikuk dalam
meresponnya, gak usah ngerasa khawatir kalau responnya gak sesuai dengan
harapan.
Yap,
semuanya mengalir begitu aja, sebaliknya aku nyaman banget chat sama dia, aku
bisa mengenal dia dengan baik, aku tau sedikit demi sedikit tentang karakter,
hobinya yang gak jelas, dan satu hal yang pasti aku tau kalau dia tertarik, dan
care banget sama aku since I don’t
need waiting his responses for so looonggg, fast respond. Tapi, apakah
semua itu cukup? Tentu tidak.
Kedua,
arti nyambung di sini adalah ada saat ketika aku berjumpa dengan membicarakan
hal yang serius, membicarakan masalah masa depan, kita punya visi dan misi yang
sejalan. Ketika kita memilih pasangan, gak mungkin khan kalo kita memilih
seseorang yang memiliki perbedaan visi dan misi dengan kita. Kalau seandainya
kita membicarakan masa depan dan kita punya tujuan yang saling berbeda misal, sama-sama
mengejar karir yang diinginkan, itu berarti sama aja ketika nanti menikah hanya
menjalani kehidupan masing-masing yang mungkin hanya diikat oleh anak.
Sebaliknya aku seneng banget kita punya tujuan yang sama jadi apapun yang
terjadi kita jalanin semuanya berdua.
Dan yang terakhir, arti nyambung yang
di sini adalah aku ngerasa nyaman banget sama dia. I don’t need to act and
to be someone else, I just be myself when I’m with him. I’m so glad to know
that. Dia gak pernah menuntut aku harus begini dan begitu, dia menerima aku
apa adanya, kekurangan dan kelebihanku. I’m grateful of it, thanks God.
4.
Berasal dari keluarga yang baik.
Dan hal ini yang paling menarik.
Semenjak aku mengenalnya, aku merasa dunia semakin sempit, Bogor tuh sempit.
Gimana gak, semenjak beberapa kali aku pulang bareng sama dia, tiba-tiba dia
bilang kalau teman ayahnya tinggal di komplek yang sama denganku. Aku sering
bertanya siapa sih teman ayahnya itu. Dan semua itu terjawab ketika dia menemui
kedua orang tuaku, Mama dan Bapa, dan kalian tau siapa orangnya, dan jawabannya
adalah kedua orang tua ku. Yap, that’s right ternyata orang tua kami sudah
saling mengenal dengan baik satu sama lain.
Okay mungkin singkat cerita, bertahun-tahun
sebelum kita dipertemukan, bahkan ketika aku masih kecil, tepatnya ketika aku
masih kecil, 5 tahun kedua orang tua aku beragkat ke haji, dan kebetulah salah
satu pembimbing kedua orang tuaku adalah Ayahnya, tahun 1996. Tali silaturahmi
gak terputus begitu saja setelah selesai Haji, karena kebetulan Bapa masih
aktif di sebuah yayasan (Al-Ghazali) yang salah satu pengurusnya adalah ayah.
Bapa bahkan turut serta dalam mendesain gedung tersebut sehingga dulu ayahnya
sempat ke rumahku begit pula sebaliknya bapa ke rumah Ayah. Lucu juga ya, kalo
dibayangin siapa yang bakal menyangka kalau pada saat mereka berkunjung 20
tahun berikutnya mereka akan menjadi besan, siapa juga yang bakal sangka kalau
salah anak bungsu Bapa, akan menikah dengan sulung Ayah. Hmmm itu semua memang
rahasia Illahi, yang gak pernah bisa terduga sebelumnya. Yap rencana Tuhan
memang luar biasa.
Bukan
cuma itu,,,, hal yang paling menarik lagi adalah ternyata keluarga kami , yaitu
keluarga besar sudah saling mengenal satu sama lain, ayah mengenal beberapa
anggota keluarga dari pihak bapa,
begitu pula paman dan bibiku udah mengenal ayahnya dan saudara sepupu dari
pihak ibu pun sudah mengenal karena dia adalah salah satu murid ayah. Bahkan ayah
sudah mengenal dua uwaku yang bahkan telah meninggal setelah sejak lama ketika
aku masih duduk kelas Sd dan kuliah. What a small world we have!
5.
Aku diterima baik di keluarganya dan dia mau menerima
keluargaku dengan baik.
Ketika dua orang diikat dalam hubungan
pernikahan itu bukan hanya melibatkan dua orang saja , tetapi melibatkan dua
keluarga, keluargaku dan keluarganya. Aku bersyukur banget dia bisa menerima
baik keluargaku. Karena sempat jadi kekhawatiran sebelumnya apakah suamiku di
masa depan bisa menerima keluargaku dengan baik, kekurangan dan kelebihannya.
Begitu
juga sebaliknya, aku diterima dengan baik di keluarganya. Allah menjawab doaku,
aku pernah berharap kalau aku bisa memiliki mertua dan adik ipar yang baik.
Semoga keadaan ini bisa bertahan sekarang dan selamanya bahkan lebih baik lagi
setiap harinya
6.
Dia memiliki kriteria yang
selama ini aku bayangkan
Hmmm,,,, secara ga sadar ternyata Tuhan
menjawab doaku. Memang aku ga terlalu banyak mendeskripsikan tentang
kriteria suami di masa depan. Tapi banyak beberapa hal yang ada di dirinya yang
selama ini aku harapkan. Pertama,
dia mau menerima orang tuaku, terutama Ayahku, sempat ada kekhawatiran dengan
yang sebelumnya kalau mereka tidak bisa menerima ayahku. Aku dulu pernah
membayangkan, aku dulu dekat sama ayah, suka ngobrol becanda, Daddy’s little
girl, tetapi semenjak Bapa pension aku jadi jarang ngobrol se asyik dulu
lagi. Aku merasa selalu ada tembok penghalang diantara kita, jarak, dan
entahlah itu. Bapa gak terlalu banyak ngobrol dengan anggota keluarga lainnya,
tetapi aku tau sebenarnya Bapa itu butuh teman yang bisa diajak berbicara.
Makanya aku berharap suamiku nanti bisa deket sama Bapa. Dan ketika pertama
kali dia ke rumah dan bertemu dengan Bapa, dia cukup bisa menjadi pendengar
yang baik. Dan kedua, ketiga kalinya dia datang ke rumah , dia makin akrab
ngobrol sama Bapa, setiap bahan obrolan favorit Bapa bisa nyambung sama dia
mulai dari politik, agama, bahkan olahraga. Aku pernah tanya ke Dia, ko bisa
sih ngobrol dan akrab bannget sama Bapa, karena gak pernah ada yang kayak gitu
sebelumnya. Dengan santainya dia bilang “Aku khan memang spesialis orang
tua, hahahaha.” Terus dengan otomatis aku menjawab “ Oia ya, aku percaya,
beb, pantesan aja ya kita cuma jarak dua tahun tapi berasa jarak 10 tahun,
karena pikiran kamu kolot banget seolah2 kamu it asalnya hidup dari orde lama,
hahahahahaa.”
Ketiga,
Aku juga pernah ngeluh aku ga mau nikah sama orang bogor, karena aku sendiri
sudah bertahun-tahun tinggal di Bogor dan rasanya bosen banget. Terus aku
pengen banget kalau nikah sama orang Jawa, atau bandung supaya bisa diajak
jalan2 ke sana. Memang sih dia orang bogor tapi ternyata dia turunan Jawa dan
keluarganya punya rumah di Bandung, jadi semoga bisa sering-sering jalan-jalan
ke sana. Hoohoho.
Keempat,
Pemusik, dia memang bukan musisi, tapi dia bisa memainkan beberapa instrument
musik, lho, karena aku gak bisa main music padahal aku pengen banget mahir alat
music, jadi jatohnya aku pengen suami aku nanti bisa main musik atau punya hobi
musik. Aku juga pernah membanyangkan beberapa profesi suamiku nanti adalah IT,
Ekonomi, dan kedokteran. Ya tu artinya dia masuk diantaranya lah ya,,,,
hihhihihihi
Kelima, Dia juga orangnya dewasa, yang
menutupi aku yang manja tanpa karena bawaan bungsu hohoho. Intinya
aku bersyukur banget karena dialah yang akan melengkapi hidupku untuk ke
depannya.
7. Dulu juga aku
pernah membayangkan kalau aku cuma ingin menjalani 3x hubungan dengan
pria. Pertama, waktu SMA, Kedua, ketika kuliah, Ketiga, the last one, dan ketika berkarir. aku bersumpah kalau yang ketiga ini adalah pasangan
terakhirku. Karena dia adalah yang terakhir, mau menyangkal atau gak, aku
sangat pemilih. Tentunya karena orang yang ketiga ini adalah yang akan
menjadi takdir hidupku dan menjadi imanku di masa depan kelak
0 komentar:
Posting Komentar