Time flies fast, tanpa terasa waktu yang selama ini dinanti semakin
dekat, bisakah aku bisa menangkap pertanda kedatangan gelombang cinta Itu?
Pertanda kedatangan sang buah hati yang selama ini berada di dalam rahimku.
Aku
harus yakin aku pasti bisa, naluri seorang ibu akan menuntunku untuk
menangkap petunjuknya. Kenapa tidak? Kalau selama di kandungan saja Hiho
bisa bekerja sama denganku, kali ini aku harus bisa dan aku pasti
bisa.
Well inilah cerita kelahiran anak pertamaku,
dimulai dari awal minggu ke 38 di saat orang2 di rumah harap2 cemas tidak sabar
menanti kedatangan Hiho, terutama Mami dan Abinya
Mama :"udah
mules belum, De? "
Abi: :"Udah
ada tanda2 belum?"
Bapa :"Kayaknya
minggu ini lahiran ya, kemungkinan Jumat -Minggu"
Yap, pertanyaan seperti ini terus yang
selalu ditanyakan sama Mama, Bapa, dan tentunya abi sendiri.
Me :"Belum,
nanti juga kalo udah waktunya lahir, ga usah dipaksain." jawabku
Mama :"Eh,
kamu jangan ngomong gitu, nanti lamaaa lho, ga lahir 2. " jawab Mama
Me :"Hadeuuuuh, Mama, ya mau digimanain lagi atuh, namanya
lahiran khan ga bisa dipaksa juga, semua
pasti ada waktunya" jawabku, berusaha menjelaskan
Mama :"Ya, semoga sih secepatnya, ya, perut kamu udah gede
soalnya, kata Mama, tetep kekeh khawatir
Teteh :
" Tami, kamu tau khan tanda2nya lahiran kayak gimana? "
Me :
"iya aku tau kalo ada kontraksi, Khan? "
Teteh : "Gak cuma itu tanda2nya khan banyak
bla bla bla, aduh Tam, kamu tuh suka baca2 gak sih? Ikut kelas yoga atau senam hamil
gak sih? "
Me :"Iya,
aku tau tanda-tandanya kayak gitu. "
Teteh : "Kalo di rs. M*****, pas yoga
bidannya berpengalaman banget, sampai dia bisa ngasih tau gimana caranya
ngebenerin posisi bayi sungsang, pas di Sydney juga bidannya detail banget
jelasinnnya, dari A sampai Z, jadi kita bisa tau.
Me :
Di RS. U*** juga bidannya ngejelasin banyak tentang lahiran kok, ga usah
khawatir.
Mama
:" tuh Khan bener, kata mama juga Tami tuh harus perhatiin
tanda2nya, kemarin dokter aja bilang begitu ."
Well, begitulah
gambaran hebohnya orang2 rumah soal kelahiran hiho. Kalo yang lain aja
khawatirnya minta ampun, gak kebayang keadaan aku dan abi, saat itu yang
dilanda perasaan harap2 cemas. Senin, selasa, rabu, kamis. Well,
hari demi hari pun berganti dan setiap hari selalu dapet pertanyaan yang
sama, "Gimana, udah ada tanda2 belum? Baik dari pak abi,
mama, Bapa, Teteh, dll, dimana semakin hari
pertanyaannya semakin intens, dan heboh , makin cemas lah si Mami
sampai akhirnya tibalah hari Jumat.
Jumat
23 February 2018
Sekitar pukul 14.00, aku sama Mama dan Bapa
ngobrol di teras, dan seperti biasa Mama masih menanyakan pertanyaan yang
sama.
Mama :
"Gimana, Tam, udah ada tanda2 belum? Udah mules2 belum?"
Me :
"Hmm, belum mah, paling mules2 pengen pup, udah 6 kali.
Mama : "Wah, hati2 Tami, itu juga tanda2 mau
lahiran, inget ga kata dokter kayak gimana dia bilang, Mama takutnya kamu
kayak mama dulu, ga ada tanda2, eh pas ke dokter udah pembukaan 4 aja.
" Urang wa si teteh jeung Aim sinah geura balik, kudu siaga soalna
geus aya tanda2 na.
Dan pada saat itu mamah
langsung menghubungi teteh dan abi lewat wa group, dan alhasil anggota walangsung
panik, termaksud Aa yang tidak tinggal di rumah. Teteh, A Dhonny, Neo, Lily
yang lagi di luar pun langsung pulang saat Ashar. Baik, Mama sama Teteh
berusaha menghubungi abi, tapi akung pak abi sedang rapat jadi gak
ngerespon, otomatis kondisi menjadi lebih heboh dan panik. Hihihi. Pertanyaan
apakah aku bisa bedain mules asli dan palsu, interval kontraksi pun terus
dilontarkan, akhirnya karena gak mau pusing aku donlotlah aplikasi kick counter
and contraction time, supaya semuanya semuanya tenang dan terkendali. A Dhonny
pun berinisiatif untuk bersedia mengantar dan mempersiapkan tas melahirkan
supaya lebih gampang kalo tiba ke rumah sakit. Pak abi pun belum menunjukan
kabar menjelang magrib, jadi aku pribadi lebih panik karena aku pengennya dia
yang mengantarku K RS. Akhirnya dibecandain d :
Teteh :
kalo Aim ga Ada, nanti A Dhonny yang ya, de, yang nemenin kamu
lahiran,? Hihihi
A Dhonny :
iya lho, nanti kamu sama A Dhonny, (sambil nunjukin muka Super
jail)
Me :
"yah paling kalo lagi kontraksi aku tarik kepala botaknya haha
" gak mau kalah jail.
Teteh :
"Enak aja aku gak rela kalo rambut si Ayah di tarik2. Nanggepin
serius
A Dhonny :
"Nah, lho, Tami, si bunda gak rela. " jawab santai sambil
nunjukin muka jail
Akhirnya pas magrib si pak abi
ngabarin juga, well dia panik banget, karena takutnya dia gegabah,
makanya aku bilang sama dia buat tenang, soalnya mulesnya masih mules awal.
Akhirnya pas jam 8 dia pulang ke Rumah, aku seneng dan tenang banget dan
kondisi masih santai walau kadang mules. Begitu dia datang dengan sedikit
panik, mama jelasin cerita kepanikan sore tadi dan meminta abi untuk tetap
siaga. Well, semenjak abi datang semuanya menjadi lebih tenang seperti
sebelumnya.
Jam demi Jam berganti, aku
pun masih mengecek interval kontraksi ditemani abi. Bulak-balik ke kamar mandi,
kontraksi palsu terjadi, namun akhirnya tepat Jam 12 malam interval kontraksi
konsisten menunjukan 5 menit sekali, aku juga mulai tak tahan dan membangunkan abi
untuk mengantarku ke Rs. Diperjalanan sebenarnya aku membayangkan apakah ini gak terlalu dini pergi ke rumah
sakit? Apakah ini sudah tepat? Tapi abi bilang, gpp yang penting kita tau tentang kondisiku. Stay atau pulang lihat aja
nanti. Akhirnya, cus lah kita berdua menuju rs. Di rs, suster yang sedang
berjaga mengecek kondisiku , dan dia bilang kalau pembukaannya masih sempit,
masih jauh dari proses persalinan walaupun tanda2nya sudah muncul. Di
saat penjelasan si suster, tiba2 dokter yang sedang berjaga memanggil abi
untuk menanyakan apakah aku mau stay atau pulang, Dan dia juga menawarkan
untuk induksi karena proses pembukaan masih jauh. Mendengar seperti
itu,jelaslah abi memutuskan untuk pulang dan akhirnya aku hanya diberikan obat
pereda mules sama suster dan kita kembali pulang. Sebenarnya ada kejadian
kurang nyaman di RS. pada saat itu, berkaitan dengan prosedur bpjs untuk
persalinan normal, dan dokter yang biasa mengontrolku, Dr. Axxxx sedang
cuti, plus lagi dalam 3 bulan terakhir pelayanan si dokter tidak sebagus
sebelumnya semenjak aku menggunakan bpjs. Setelah berdiskusi panjang dengan abi,
kita memutuskan untuk ganti rumah sakit yang lokasinya masih terjangkau rumah,
adapun rumah sakit yang menjadi pilihan kami adalah Salak, PMI, Dan
BMC.
Well, sesampainya di Rumah,
mama, Bapa, teteh langsung menunggu di ruang tamu dan menanyakan
kondisiku, dan abi berusaha menjelaskan kondisiku, setelah itu mereka lebih
tenang dan kembali tidur. Well, efek dari obat anti mules membuat
tidurku jadi lebih tenang karena mulesnya menjadi reda. Alhamdulillah
Sabtu
24 February 2018
Di hari ini tak banyak
kehebohan yang terjadi. Di pagi hari abi hanya menjelaskan mengenai
rencana untuk pindah rumah sakit dan keluargaku hanya memasrahkan semua
keputusan pada kami berdua, mereka sepakat dimana pun rsnya yang terpenting
adalah kelancaran proses persalinan. Mama sempat menyayangngkan kenapa aku
diberi obat mules oleh suster, kenapa tidak dibiarkan secara alami saja, dan
aku berusaha menjelaskan proses kerja obat mulesnya dan akhirnya mama bisa
paham. Maklum, mama sangat khawatir sama kondisi kehamilanku, karena
menurut mama hamilku cukup besar untuk ukuran anak pertama sampai-sampai Neo,
keponakanku mengomentari perutku yang besar.
Neo :
“Tami perutnya besar banget, nanti ngelahirinnya susah lho!”
Mama :
“Heh, neo, jangan ngomong kayak gitu!”
Well, tak banyak yang aku
dan abi lakukan di hari itu, hanya menemani abi ganti oli, pergi makan siang,
survey rumah sakit, dan ke rumah mertua untuk meminta doa restu. Oia,
untuk survey rumah sakit, tadinya kita berencana pergi ke 3 RS, tapi
setelah konsultasi di rs pertama yang dikunjungi, aku dan abi langsung cocok
jadi petualangan kami mencari rs untuk persalinan dihentikan. Begitulah,
tak banyak yang terjadi, kondisiku juga baik2 biasanya.
Minggu,
25 February 2018
Demi mempercepat dan
memperlancar proses persalinan, kita berniat untuk olah raga, yaitu
jalan kaki. Semenjak Hamil gak banyak olahraga yang dilakukan, kadang yoga,
senam kegel, berenang cuma 3x, dan olahraga yang paling sering dilakukan
karena gampang dan praktis, ya, jalan kaki, diusahain 30-40 menit tiap
hari minimal dan seringnya cuma keliling halaman rumah, hihihi. Oia
hari ini jalan kakinya ke BNR, jadi aku sama abi jalan kaki dari rumah mertua
di Layung Sari, ke BNR, tepatnya deket TK Madania, di sana kita jajan
roti, dan minum, dan balik lagi ke Rumah mertua. Lumayan cape juga,
lho, buat abi, dan aku hihi, sempet kerasa kontraksi dan berenti
sebentar.lumayanlah jalan kaki, sekitar 2-3K perkiraan. Setelah itu
istirahat di rumah mertua dan pulang ke rumah karena harus belanja bulanan sama
Mama.
Pulang ke rumah, istirahat
bentar, langsung cuss belanja ke Superindo sama Yogya. Pas belanja
kadang kerasa kontraksi, dan kontraksi lebih menjalar ke arah paha, tapi cuek
aja saking semangatnya belanja. Hihi
Pulang belanja, ishoma
dulu, makan bareng berempat sama abi, Mama, Bapa, walaupun
cuma makan toge goreng, tapi rasanya seru dan nikmat banget.
Selesai makan baru, deh bantu abi benahin belanjaan. Nah, di saat
itu udah mulai kerasa kontraksi yang bikin badan gak bisa gerak, dan itu
terjadi semakin intens. Akhirnya setelah kontraksi mereda, aku bergegas
ke kamar menemui abi untuk mencari Hp, karena aku mau ngecek interval
kontraksinya. Si abi yang masih kelelahan pun cuma santai aja dan
bilang,
Abi :”Kamu
yakin ga itu kontraksi asli, jangan sampe udah ke rumah sakit disuruh
pulang lagi.
Me :
"Aku yakin KO, itu kontraksi asli, masa kamu ga percaya sih?
"
Abi :"Yaudah
kalo udah 5 menit sekali kamu kasih tau aku yaaaa, aku tidur dulu. "
katanya tanpa beban.
Akhirnya, aku cari
hp, karena bener2 Low bat, akhirnya aku charge, sambil buka aplikasi contraction timer untuk ngecek
intervalnya. Saking betenya karena orang seolah meragukan kontraksi asli yang
aku alami, aku buka lagi you tube dan
cari tau tentang perbedaan kontraksi dan palsu, and See? I was right, it was the real one, I didn't have doubts
about it at all. Dan kontraksi menunjukan kalo waktu semakin intens
akhirnya aku membangunkan abi karena panik , dan gak lama setelah itu kerasa
keluar lendir dan setelah dicek ternyata lendir darah, aku langsung lapor
ke abi, dan abi langsung sigap bergegas ke rumah sakit setelah solat
ashar. Setelah siap, aku langsung turun ke bawah untuk memberi tahu
orang tuaku dan meminta doa restu, mendengar kabar tersebut Mama sama
Bapak memutuskan untuk menemani ke rumah sakit. Mama mengabarkan kondisiku ke
group wa keluarga, Alhasil Teteh sekeluarga yang masih jalan di luar pun
segera menyusul ke RS. Sesampainya di RS. Masuk ke ruang IGD Jam 17.00
dan sudah pembukaan satu, yeayyy. Singkat cerita
18.00
Diwawancara sama suster dan masuk kamar rawat
inap
20.00
Abi dipanggil ke ruang bidan karena ada
sesuatu yang harus dibicarakan, dan ternyata selesai diskusi, abi menghampiriku
dan bilang kalau aku disarankan untuk di caesar karena riwayat asma dengan
alasan takut gak kuat nahan kontraksi dan mengejan, namun aku menolak
karena aku yakin kondisiku saat itu sangat fit, aku merasa asma bukanlah
penghalang untuk melahirkan normal, buktinya banyak bibi2ku yang berhasil lahir
normal dengan riwayat asma berat. Selain Itu, pengalaman aku berlari jarak jauh
dan naik gunung menambah rasa optimisku kalau aku pasti bisa normal.
21.00
Tim bidan dan suster datang untuk mengecek
kondisi, dan di saat itulah drama besar terjadi, berharap memperoleh kabar
positif mengenai progres kondisiku (naiknya pembukaan) eh malah salah satu
bidan dengan muka judes memberi tahu bahwa posisi bayiku (oblhy) melintang
sehingga harus disesar. Agak terkejut sih, karena selama ini gak pernah
tuh ada diagnosa seperti itu, selama kontrol sebelumnya, selalu dibilang
baiks kondisi bayiku ada di bawah, bagus, paling yang agak bermasalah adalah
berat badannya yang kadang overweight.
Jujur mendengar kabar itu, membuatku sangat down,
jadi yang bisa aku lakukan adalah banyak berpasrah dan berdoa. Kebetulan
pada saat itu, mertua datang, ibu dan Ayah mendoakanku, terutama ibu
membantuku umtuk tenang. Aku meminta doa restu mereka supaya persalinan
berjalan dengan lancar.
01.00
Air ketuban mulai
merembes, abi meminta tolong suster untuk mengecek kondisiku,
suster pun datang dan setelah itu menyarankan agar aku pindah kamar ke ruang
persalinan supaya bisa terkontrol perkembangnnya. Disinilah keajaiban
datang, beberapa bidan memeriksa kondisiku, termaksud bidan yang
sebelumnya.Awalnya aku sangat khawatir mengingat diagnosa terakhir yang Bidan
tersebut katakan, namun sebaliknya, dia bilang kalo posisinya sudah
bagus, dengan ekspresi sedikit terkejut dan mengatakan padaku semoga persalinanku
diberi kelancaran sambil tersenyum. Aku pun merasa bersyukur karena akhirnya
Allah menjawab doaku.
01.00-03.00
Saat itu terasa sangat
lama, di saat kontraksi yang makin lama makin menggila menjalar dari
panggul melebar ke punggung. Mencoba berubah posisi pun bukannya membuat
keadaan lebih baik, sebaliknya semakin buruk. Kondisi ruangan semakin
dingin, membuatku semakin khawatir kalau asmaku muncul kapan saja. Di saat yang
sama, pikiran makin berkecamuk, rasanya ingin menyerah, namun terbayang sosok
Mama di dalam pikiranku, berusaha menenangkan dan menguatkanku. Rasanya ingin
menangis kalau harus membayangkan perjuangan Mama dulu, apalagi beliau sering
cerita bahwa proses melahirkanku sangat sulit, memori sosok mama yang membuatku
menjadi lebih kuat dan tetap berusaha tenang untuk mengontrol nafasku di saat
konraksi yang semakin menggila. Beruntung belajar yoga, teknik
pernafasannya sangat membantu. Supaya semakin tenang saat itu aku meminta
suster untuk memangil abi (sempat diusir sama bidan) untuk mengambilkan
selimut dan menemaniku untuk selalu di sampingku dan mendampingiku.
03.00
Aku ke kamar mandi,
dan meminta bantuan suster, di sana aku sadar kontraksi membuatku sulit
berjalan, melihat kondisi seperti itu, suster langsung sigap memangil
bidan untuk mengecek kondisiku dan setelah diperiksa, pembukaannya sudah naik
7-8, . Wah Alhamdulillah, tak terasa akan semakin dekat. Semenjak itu tim
bidan menunggu di ruang bersalin
04.30- 06.45
Pembukaan lengkap,
dan sudah siap mengejan, infus dipasang, tetapi ketuban belum
pecah. Di sinilah saat yang paling berat. Ketika sudah tidak kuat
ingin mengejan, namun harus bertahan sampai ketuban benar 2 pecah. Nafas
yang terkontrol sudah mulai berantakan, tapi untungnya ada abi yang selalu
mencoba menenangkan dan membimbing nafas supaya tetap bisa menahan,
walaupun beberapa kali sering kecolongan juga. 2 Jam harus menahan, tapi
akhirnya jam 06.45 ketuban pecah dan siap mengejan
06.45-07.00
Siap mengejan dan beberapa
bidan sudah bersiap untuk membantu mendorong perut karena kondisi kepala Hiho
belum sempurna masuk panggul, eh tiba-tiba ibu sebelah berteriak minta
tolong, akhirnya satu bidan dan beberapa suster yang sudah siap membantuku
pindah ke ibu untuk menolongku, sedangkan aku di temani oleh satu bidan
yang menenangkanku. Tiba-tiba ibu yang kehamilannya usia 5 bulan itu anaknya
lahir, dan aku sendiri melihat proses kelahiran anak tersebut dengan
selamat. Abi, udah mewanti wanti supaya fokus dan tidak melihat Ibu itu
supaya tidak tegang. Dan setelah selesai para bidan dan suster kembali
menghampiriku dan proses melahirkan dilanjutkan. Well, semua proses
berjalan dengan cepat, gak terlalu ingat, tiba2 Hanif sudah lahir
dengan selamat walaupun sedikit kelilit ari2 dan harus segera dimasukan ke
inkubator karena biru dan kekurangan oksigen . Saat itu agak kecewa karena aku
tidak melakukan inisiasi menyusui dini, namun abi mengabari aku kalau
kondisi Hiho baik2 saja dan berangsur pulih. aku pun dijahit dan
luar biasa banget sakitnya, aku yan g gak merengek pun jadi merengek2
karena kesakitan menahan jaitan, dan ambeiyen yang keluar karena proses
mengejan, juga efek kontraksi yang masih berasa ditambah lagi aku belum bisa
melihat wajah anak aku. Well, ada hal yang sedikit mengecewakan
karena tidak sesuai dengan dugaan, apalagi setelah si bidan bilang kalau aku
harus di sesar, membuat aku sedikit menyesal. Namun, mungkin itulah jalan
yang terbaik, dan Alhamdulillah, secara umum proses persalinann aku
berjalan dengan Lancar dan diberi kemudahan
Terimakasih ya Allah
Bogor, Senin, 26 february 2018
.